Sebuah Catatan Lecek !

Kumpulan Jurnal perjalanan, tips-tips apapun itu. dan catatan-catatan kecil lainya. A Litte works, sebenarnya adalah project terpendam saya. sebuah ide 'cemerlang' untuk menghemat memori. dan jawaban dari petanyaan berulang-ulang yang kerap kali mendatangi saya. *hehehehe*. blog ini nantinya akan berisi tentang hal-hal apa saja yang pernah saya pelajari dan saya anggap akan cukup berguna.

satu lagi, jangan merefer blog ini untuk jurnal ilmiah kalian yahhh.. saya sudah sediakan sumber dari bahan referensi saya supaya lebih lengkap tinjau langsung aja ke-sumbernya

penulis tidak bertanggung jawab atas hal apapun yang akan terjadi setelah pembaca merefer tulisan dari blog ini.

akhir kata..


Selamat Mengubek!


Wednesday, August 10, 2011

Menggabungkan data GEBCO dan batimetri lokal


Hal hal yang harus di perhatikan 
  1.   Pastikan kedua sumber data memiliki proyeksi dan georeference yang sama.
  2. Perhatikan definisi dari garis pantai, apakah garis pantai ditentukan dari LWL (Lowest Water Level) atau SWL (Surface Water Level) atau MSL (Mean sea level), kedua data yang hendak di gabung harus memiliki 2 definisi yang sama, kalo data dari GEBCO biasanya titik terendah diambil dari MSL. Kenapa sih referensi jadi penting? Sederhana saja, anda nggak mau kan kalo anda bangun jembatan ujungnya jadi kayak gini
kejadian ini bisa terjadi apabila petals yang dipakai georeferensinya tidak sama
gambar dari sini


Setelah semua data memiliki geo reference  yang sama maka anda bisa menggabung kedua data. 
Dengan cara sbb: 

Ekstrak data dari gebco dengan format X,Y,depth, buang semua header, kecuali bagian Longitude Latitude Depth, edit kasih tanda petik jadi “Longitude” “Latitude” “Depth”, perhatikan delimiter, pastikan delimiter antara “Longitude” dan  “Latitude” dan “Depth” sama dengan delimiter data koordinat dibawahnya,  save dalam bentuk .txt

Siapkan data dari peta local yang sudah didigitasi, beri header yang sama seperti data gebco diatas, lalu save dengan nama yang berbeda dalam format *.txt
buka ArcGIS --> tools --> xydata 


Dialog box yang muncul ketika xydata dipilih,
sesuaikan sistem koordinat dengan tombol edit di  kanan bawah


Masukkan data GEBCO yang sudah kita edit Specify X dan Y data sesuai dengan header yang sudah kita isi, lalu edit coordinat system of input coordinatnya dengan tombol edit --> Select --> Geographic coordinate system --> lalu pilih proyeksi yang sesuai dengan input data kita misalnya world --> WGS 1984.prj .

Lakukan hal yang sama dengan data peta local yang sudah di digit, kalau proyeksi dan system koordinatnya sudah sama maka tidak perlu di convert dulu, langsung lakukan hal yang sama seperti data gebco di atas

tampilan arcgis ketika data gebco dan peta lokal sudah di masukan,
data point berwarna ungu merupakan data GEBCO, sedangkan data yang membentuk garis pantai adalah point dari
peta lokal yang sudah di digitasi 


 Setelah semua proses di atas diselesaikanm maka akan muncul file point di display (sebelah kiri) dengan ekstensi *.text events. File dengan ekstensi seperti ini belum bisa di edit di ArcGIS, supaya bisa di edit anda harus mengconvertnya menjadi bentuk shape file. Dengan cara di eksport: klik kanan pada file point di display à data à eksport data save dalam bentuk *.shp Setelah itu bisa baru bisa di edit.


 Setelah file di export, maka yang kita lakukan selanjutnya adalah membuang data2 yang ‘overlap’ pada data GEBCO, caranya  pada Editor --> start editing --> aktifkan editor lalu specify tasks nya : Modify Feature dan targetnya adalah file GEBCO yang kita punya . lalu buang tiap poinnya sehingga distribusi data menjadi seperti ini :

Data yang sudah di diubah dalam bentuk shapefile (*.shp) yang sudah dibuang

Setelah selesai di edit lalu pada editor klik stop edit dan save data.

 Ketika data sudah di save , pada folder dimana kita menyimpan workspace ArcGIS tadi, klik file *.dbf yang namanya  sesuai yang file *.shp yang di edit tadi di MS Excell. Copy, lalu gabungkan keduanya save dalam bentuk *.txt. Lalu griding kembali menggunakan surfer atau matlab. selesai 

Tuesday, May 24, 2011

Dispersion relation something

meilalala: eh ka ane mu nanya dong inimah beneran lupa
d_kelik: Ya?
meilalala: definisi sifat dispersif gelombang itu apa ya?
meilalala: :D
d_kelik: Nanya apa?
meilalala: sifat dispersif gelombang dan gelombang yang dispersif itu apa ya? *beneran lupa ini* -.-"
d_kelik: Oo..tp km ngerti ga apa itu dispersive?
meilalala: sepertinya ngerti yang kayak gini bukan:
meilalala: pertama misalnya ada angin badai, membangkitkan gelombang
meilalala: ntar gelombang menjalar
meilalala: nah gelombang dengan frekuensi kecil akan jalan duluan 
meilalala: diikutin dengan gelombang dengan frekuensi tinggi, 
meilalala: nah terus apa ka? :D
meilalala: apa yang terjadi maksudnya?
d_kelik: Jd, gelombang itu bersifat dispersive, dr physics nya. Artinya, kecepatan gelombangnya itu bergantung dari wavelengthnya. Makin panjang gelombang,makin cepat laju propagasinya:baik phase maupun group velocity. Nah seperti apa relasinya, ini namanya relasi dispersi, yaitu relasi yg menghubungkan antara frekuensi dan panjang gelombang (sama aja dgn bilangan gelombang)
d_kelik: Frekuensi kecil : gelombang panjang. Jd lebih cepat propagasinya. Frekuensi tinggi:panjang gelombangnya kecil. Jd lebih lambat velocity nya
meilalala: nah kalo gelombang dispersif apa?
d_kelik: Ya itu, yg di atas
meilalala: itu kan sipat dispersifnya
meilalala: kalo gelombang dispersif apa?
meilalala: OH aku inget....


Sifat Dispersif Gelombang: kecepatan gelombang dipengaruhi oleh panjang gelombangnya atau dengan katalain, kondisi dimana parameter gelombang (frekwensi/kecepatan) dipengaruhi oleh kondisi parameter gelombang lainnya. misalnya  kecepatan gelombang dipengaruhi oleh panjang gelombang,


Gelombang dispersif adalah gelombang yang kecepatannya masih dipengaruhi oleh panjang gelombangnya..
Gelombang nondispersif adalah kondisi dimana parameter gelombang sudah tetap, artinya kecepatannya tidak lagi dipengaruhi oleh panjang gelombangnya


kira-kira seperti itu ;)

Thursday, March 17, 2011

Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri

Halo-Halo Semuaa... back again!! weew udah 2011.. ternyata saya super tidak produktiv yahhh ahahahaha.. oke seperti janji saya di posting sebelumnnya saya akan lanjutkan pembahasan mengenai satelit altimetri. kali ini tentang prinsip dasar pengukurannya. selanjutnya mungkin tentang pengukuran satelit altimetri diatas laut.. lebih dekat ke detail pokonya.. sekarang yang ini dulu laahh yaa...... XD

Pengukuran dasar dari satelit altimetry ditunjukkan oleh gambar a. dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa tujuan utama pengembangan satelit altimetry adalah untuk mengukur tinggi muka laut, lalu kemudian penggunaan satelit ini berkembang kearah pengukuran angin dan gelombang.
Tinggi muka laut yang ingin di ukur merupakan selisih jarak antara altitude satelit (jarak satelit/tinggi satelit ke ellipsoid bumi) dan range (jarak antara tinggi satelit ke muka laut). Radar altimeter pertama mentransmisi sinyal frekuensi tinggi (diatas 1700  pulsa/detik) ke bumi lalu kemudian satelit menerima kembali echo dari sinyal yang ditransmisi setelah dipantulkan oleh bumi.

Gambar a. Prinsip pengukuran satelit Altimetr sumber(http://earth.eo.esa.int/brat/images/alti/principle/methode_en.jpg)

Satelit altimetry juga dilengkapi dengan pengikur waktu yang sangat presisi, jarak dari satelit ke permukaan laut (range) diukur dari interval sinyal yang di lepas sampai sinyal tersebut di terima lagi oleh satelit (Handoko, 2004), sebagai mana ditunjukkan oleh persamaan di bawah ini:

Sinyal yang diterima oleh reciever satelit, belum dapat langsung digunakan karena sinyal tersebut bisa dikatakan masih 'kotor'. sinyal yang diterima reciever harus di koreksi dulu dari komponen bias yang mempengaruhi nilai pengukuran satelit altimetri.
Berdasarkan Febriliyan F.C., beberapa komponen bias yang terdapat pada data satelit altimetry dan harus di koreksi diantaranya: tropospheric refractive element, dry tropospheric refractive element, bias ionosphere dan bias elektromagnetik. 
Jika H adalah tinggi satelit terhadap ellipsoid dan R adalah jarak dari permukaan laut dan satelit, maka h adalah perbedaan antara tinggi muka laut dan ellipsoid. Atau bisa kita sebut sebagai tinggi muka laut atau (SSH-Sea surface height) sebagaimana dijelaskan pada persamaan dibawah ini



Nilai h (SSH) pada persamaan diatas adalah masih terhadap bidang ellipsoid yang dipengaruhi oleh efek geofisika (Handoko, 2004) . Unudlasi Geoid terhadap bidang ellipsoid (hg), variasi tinggi pasangsurut (ht) dan tekanan atmosfer terhadap tinggi muka laut (ha), merupakan parameter-parameter yang  mempengaruhi tinggi muka laut, dan harus dihilangkan untuk memperoleh nilai h yang terkoreksi.

Yah kira-kira seperti itulah prinsipnya satelit altimetri mengukur tinggi muka laut.. sederhana kan?? 

sekaian dulu ya.
semoga tulisan kali ini bermanfaat . tulisan selanjutnya mungkin tentang bagaimana satelit altimetri pengukur tinggi muka laut.. yah semoga lebih dekat ke detailnya yaa :D hohoho..

Tobe Continue.....

Reference:

Febriliyan F.C. :Teknologi Satelit Altimetri. Web Page, http://www.ilmukelautan.com/sig-dan-penginderaan-jauh/penginderaan-jauh-kelautan/453-teknologi-satelit-altimetri, 2005.
Handoko, E. Y., :  Satelit Altimetri dan Aplikasinya Dalam Bidang Kelautan. Scientific Journal, Pertemuan Ilmiah Tahunan I. Teknik Geodesi – ITS, Surabaya, Indonesia , 2004.
web Aviso